Rabu, 29 April 2020

"Meninggalkan Nadia" Memberikan Kesadaran tentang Menghargai Eksistensi Orang Lain

"Stay safe ya, Ta," bunyi sebuah pesan yang saya terima di tengah kecemasan menjelang diresmikannya PSBB di kabupaten saya tinggal. Nadia yang mengirimnya, bersamaan dengan pesan lain yang memberitahukan bahwa dirinya harus memperpanjang masa karantina mandiri sehingga jadwal saya untuk menemuinya guna mengambil buku yang saya titip di BBW sedikit tertunda. Saya senang, Nadia mengirim pesan tersebut.

Selama ini, saya berkoar-koar, membeberkan pengalaman ketidakadilan yang saya terima karena menjadi korban perundungan saat sekolah tanpa bercermin pada apa yang sudah saya lakukan terhadap Nadia.

Nadia adalah rekan sebangku saya saat berada di kelas 10, tetapi tidak berlangsung lama karena saya memilih meninggalkan Nadia, dan duduk di bangku lain. Alasannya karena pada saat itu saya menganggap dirinya aneh. Saya sedih dan marah pada diri sendiri saat mengingatnya, semoga Nadia memaafkan. Saya tidak melek keunikan, saya hanya memafhumi hal-hal biasa yang terjadi di sekeliling saya. Bertahun-tahun kemudian, saya menyadari bahwa keanehan Nadia bukanlah sesuatu yang harus saya hindari. Dirinya unik, pintar, dan selalu punya perspektif lain terhadap sesuatu yang dipandang sama oleh orang lain. Saya mengaku sebagai penggemar Harry Potter, tapi saya tidak bisa melihat karakter Luna Lovegood pada sosok Nadia, padahal sangat jelas adanya. Yang paling saya sesali, saya gagal mengenal Nadia dengan segala keunikannya. Saya jahat sekali, ya, padahal Nadia boleh saja meninggalkan saya terlebih dahulu mengingat saya tak pernah bisa mengimbanginya.

Saya selalu merasa bersalah setiap kali membalas pesan Nadia, sudah cukup lama kami tidak berkomunikasi, tetapi BBW dan BTS membuat kami kembali mengobrol melalui pesan IG dan WA. Saat saya bertanya apakah Nadia masih mengingat saya sebagai rekan sebangkunya saat SMA, rupanya Nadia tidak sekadar mengingat hal itu. Bahkan, dirinya masih ingat saat saya mengatakan wajahnya mirip dengan karakter manga.

Saya baru menyadari bagaimana buruknya saya memperlakukan orang lain. Tak hanya Nadia, karena setelah saya ingat-ingat, saya juga mengatakan hal buruk pada banyak orang.

Nadia pernah memeluk saya di acara bazar SMA, saya lupa tahun berapa, yang jelas kami mendatangi bazar setelah menjadi alumni. Saya merasa canggung karena selalu terkenang peristiwa 'meninggalkan Nadia'. Padahal, Nadia sehangat itu. :')

Dari Nadia saya mendapatkan banyak hal. Salah satunya ialah sebuah kesadaran bahwa diri saya perlu banyak belajar untuk menghargai eksistensi orang lain. Setelah 'meninggalkan Nadia', saya berulangkali bertualang dengan rekan sebangku baru di tahun dan kelas yang sama. Niluh, Taufikah, Evi, Puji dan entah siapa lagi yang saya lukai hatinya karena saya tinggalkan begitu saja atas dasar ketidaknyamanan karena hal yang seharusnya bisa saya terima.

Dear Nadia,
Saya canggung mengungkapkannya secara langsung.
Jika kamu membaca ini, maafkan saya, Nad. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar. :)